Sejak cincin batu
akik seperti batu Bacan diminati di seluruh nusantara, masyarakat di daerah
Halmahera mendadak menjadi pemburu batu permata. Hampir dari berbagai macam
latar belakang profesi menjadi pemburu batu permata seperti batu Bacan. Orang
yang tadinya berkebun beralih profesi sehari-hari memasuki hutan, menggali
tanah untuk mendapatkan batu permata seperti batu Bacan. Kebetulan kontributor
infobacan tinggal di salah satu daerah di Halmahera sehingga menyaksikan
langsung bagaimana fenomena batu akik ini sangat menakjubkan. Setiap hari ada
saja orang membawa bongkahan batu dengan berbagais jenis untuk dipotong
kemudian dijual. Selain menjadi pemburu batu permata semacam batu Bacan,
sebagian orang yang memiliki cukup modal membuka usaha pemotongan dan pemolesan
cincin batu akik Bacan.
Bagaimana tidak
menggiurkan, jasa pemolesan batu Bacan atau pembuatan cincin batu akik Rp
50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk satu mata cincin. Bisa dibayangkan
berapa omzet perharinya jika satu hari saja ada 10 orang yang memesan mata
cincin akik batu Bacan. Dalam satu hari omzetnya sebesar Rp 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah) sehingga dalam satu bulan dapat meraup omzet Rp 15.000.000,-
(lima belas juta rupiah).
Sebenarnya batu Bacan
yang selama ini dikenal oleh masyarakat adalah batu Bacan yang berasal dari
Pulau Kasiruta dimana pulau ini terpisah dengan Pulau Halmahera. Hanya saja
karena pulau Kasiruta ini terletak di wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera
Selatan sehingga dikenal juga dengan Bacan Halmahera. Namun, mulai akhir tahun
2014 beredar informasi di masyarakat bahwa ada penemuan baru batu semacam batu
Bacan di daerah Supu, Loloda, Kabupaten Halmahera Utara. Kontributor infobacan
sendiri pernah bertemu langsung dengan penambang batu Supu. Menurut informasi
yang didapat dari penambang batu tersebut memang dahulu orang Korea pernah
mempekerjakan dia untuk memburu, mencari batu Supu. Menurutnya batu Supu lebih
indah dari batu Bacan sehingga harganya pun sangat mahal. Lalu dimanakah letak
Supu? Supu adalah sebuah desa kecil yang terletak di ujung utara Pulau
Halmahera tepatnya di kecamatan Loloda. Jika ditempuh dari Pulau Bacan maka
Anda harus naik kapal kea rah utara berlabuh di Ternate selama 8 jam perjalanan
laut. Dari Ternate menyeberang laut lagi selama 1 jam ke arah timur. Kemudian
perjalanan darat ke arah utara menuju Tobelo selama 4 jam melewati jalan Trans
Halmahera. Setelah sampai di Tobelo,
Anda harus naik kapal
lagi ke arah utara berlabuh di Loloda selam 6 jam perjalanan laut. Jadi total
lama perjalanan selama 19 jam jika langsung. Padahal tidak setiap jam ada kapal
sehingga Anda perlu menginap. Ada berbagai jenis batu yang sangat indah yang
berasal dari Loloda. Pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten Halmahera Utara
pernah diadakan pameran batu mulia dan salah satu pemenangnya adalah beberapa
batu yang berasal dari Loloda. Selain batu Loloda, ada batu Haltim yang berasal
dari Kabupaten Halmahera Timur seperti batu Giok Haltim, batu Buli yang
berwarna biru toska. Jenis batu mulia di Pulau Halmahera memang masih menjadi
misteri karena belum semua wilayah dijamah oleh manusia. Ada baiknya batu mulia
tersebut tetap tersimpan agar anak cucu kita kelak yang akan menemukannya
sebagai bagian dari hasil harta kekayaan alam Indonesia.
Sejak cincin batu
akik seperti batu Bacan diminati di seluruh nusantara, masyarakat di daerah
Halmahera mendadak menjadi pemburu batu permata. Hampir dari berbagai macam
latar belakang profesi menjadi pemburu batu permata seperti batu Bacan. Orang
yang tadinya berkebun beralih profesi sehari-hari memasuki hutan, menggali
tanah untuk mendapatkan batu permata seperti batu Bacan. Kebetulan kontributor
infobacan tinggal di salah satu daerah di Halmahera sehingga menyaksikan
langsung bagaimana fenomena batu akik ini sangat menakjubkan. Setiap hari ada
saja orang membawa bongkahan batu dengan berbagais jenis untuk dipotong
kemudian dijual. Selain menjadi pemburu batu permata semacam batu Bacan,
sebagian orang yang memiliki cukup modal membuka usaha pemotongan dan pemolesan
cincin batu akik Bacan.
Bagaimana tidak
menggiurkan, jasa pemolesan batu Bacan atau pembuatan cincin batu akik Rp
50.000,- (lima puluh ribu rupiah) untuk satu mata cincin. Bisa dibayangkan
berapa omzet perharinya jika satu hari saja ada 10 orang yang memesan mata
cincin akik batu Bacan. Dalam satu hari omzetnya sebesar Rp 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah) sehingga dalam satu bulan dapat meraup omzet Rp 15.000.000,-
(lima belas juta rupiah).
Sebenarnya batu Bacan
yang selama ini dikenal oleh masyarakat adalah batu Bacan yang berasal dari
Pulau Kasiruta dimana pulau ini terpisah dengan Pulau Halmahera. Hanya saja
karena pulau Kasiruta ini terletak di wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera
Selatan sehingga dikenal juga dengan Bacan Halmahera. Namun, mulai akhir tahun
2014 beredar informasi di masyarakat bahwa ada penemuan baru batu semacam batu
Bacan di daerah Supu, Loloda, Kabupaten Halmahera Utara. Kontributor infobacan
sendiri pernah bertemu langsung dengan penambang batu Supu. Menurut informasi
yang didapat dari penambang batu tersebut memang dahulu orang Korea pernah
mempekerjakan dia untuk memburu, mencari batu Supu. Menurutnya batu Supu lebih
indah dari batu Bacan sehingga harganya pun sangat mahal. Lalu dimanakah letak
Supu? Supu adalah sebuah desa kecil yang terletak di ujung utara Pulau
Halmahera tepatnya di kecamatan Loloda. Jika ditempuh dari Pulau Bacan maka
Anda harus naik kapal kea rah utara berlabuh di Ternate selama 8 jam perjalanan
laut. Dari Ternate menyeberang laut lagi selama 1 jam ke arah timur. Kemudian
perjalanan darat ke arah utara menuju Tobelo selama 4 jam melewati jalan Trans
Halmahera. Setelah sampai di Tobelo,
Anda harus naik kapal
lagi ke arah utara berlabuh di Loloda selam 6 jam perjalanan laut. Jadi total
lama perjalanan selama 19 jam jika langsung. Padahal tidak setiap jam ada kapal
sehingga Anda perlu menginap. Ada berbagai jenis batu yang sangat indah yang
berasal dari Loloda. Pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten Halmahera Utara
pernah diadakan pameran batu mulia dan salah satu pemenangnya adalah beberapa
batu yang berasal dari Loloda. Selain batu Loloda, ada batu Haltim yang berasal
dari Kabupaten Halmahera Timur seperti batu Giok Haltim, batu Buli yang
berwarna biru toska. Jenis batu mulia di Pulau Halmahera memang masih menjadi
misteri karena belum semua wilayah dijamah oleh manusia. Ada baiknya batu mulia
tersebut tetap tersimpan agar anak cucu kita kelak yang akan menemukannya
sebagai bagian dari hasil harta kekayaan alam Indonesia.