Tokoh Betawi - Benyamin Sueb (1939 - 1995)
Nama : Benyamin Sueb
Lahir : Jakarta, 5 Maret 1939
Meninggal : Jakarta, 5 September 1995
Isteri : Noni (Menikah tahun 1959)
Pendidikan :
- Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan, Jakarta (1960)
- Akademi Bank Jakarta, Jakarta (tidak tamat)
- SMA Taman Madya, Jakarta (1958)- SMPN Menteng, Jakarta (1955)
Riwayat Pekerjaan :
- Aktor, penyanyi, penghibur
- Kondektur PPD (1959)
- Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
- Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
- Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
Penghargaan :
- Meraih Piala Citra 1973 dalam film Intan Berduri (Turino Djunaidi, 1972) bersama Rima Melati
- Meraih Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975)
- Meraih Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975)
Film yang dibintangi :
1. Honey Money and Jakarta Fair (1970)
2. Dunia Belum Kiamat (1971)
3. Hostess Anita (1971)
4. Brandal-brandal Metropolitan (1971)
5. Banteng Betawi (1971)
6. Bing Slamet Setan Jalanan (1972)
7. Angkara Murka (1972)
8. Intan Berduri (1972)
9. Biang Kerok (1972)
10. Si Doel Anak Betawi (1973)
11. Akhir Sebuah Impian (1973)
12. Jimat Benyamin (1973)
13. Biang Kerok Beruntung (1973)
14. Percintaan (1973)
15. Cukong Bloon (1973)
16. Ambisi (1973)
17. Benyamin Brengsek (1973)
18. Si Rano (1973)
19. Bapak Kawin Lagi (1973)
20. Musuh Bebuyutan (1974)
21. Ratu Amplop (1974)
22. Benyamin Si Abu Nawas (1974)
23. Benyamin spion 025 (1974)
24. Tarzan Kota (1974)
25. Drakula Mantu (1974)
26. Buaya Gile (1975)
27. Benyamin Tukang Ngibul (1975)
28. Setan Kuburan (1975)
29. Benyamin Koboi Ngungsi (1975)
30. Benyamin Raja Lenong (1975)
31. Traktor Benyamin (1975)
32. Samson Betawi (1975)
33. Zorro Kemayoran (1976)
34. Hipies Lokal (1976)
35. Si Doel Anak Modern (1976)
36. Tiga Jango (1976)
37. Benyamin Jatuh Cinta (1976)
38. Tarzan Pensiunan (1976)
39. Pinangan (1976)
40. Sorga (1977)
41. Raja Copet (1977)
42. Tuan, Nyonya dan Pelayan (1977)
43. Selangit Mesra (1977)
44. Duyung Ajaib (1978)
45. Dukun Kota (1978)
46. Betty Bencong Slebor (1978)
47. Bersemi Di Lembah Tidar (1978)
48. Musang Berjanggut (1981)49. Tante Girang (1983)
50. Sama Gilanya (1983)
51. Dunia Makin Tua/Asal Tahu Saja (1984)
52. Koboi Insyaf/Komedi lawak '88 (1988)
53. Kabayan Saba Kota (1992)
Seniman Betawi Serba Bisa
Seniman Betawi Serba Bisa
Ia
menjadi figur yang melegenda di kalangan masyarakat Betawi khususnya
karena berhasil menjadikan budaya Betawi dikenal luas hingga ke
mancanegara. Celetukan ‘muke lu jauh’ atau ‘kingkong lu lawan’ pasti
mengingatkan masyarakat pada Benyamin Sueb, seniman Betawi serba bisa
yang sudah menghasilkan kurang lebih 75 album musik, 53 judul film serta
menyabet dua Piala Citra ini. Sejak kecil, Benyamin Sueb sudah
merasakan getirnya kehidupan. Bungsu delapan bersaudara pasangan
Suaeb-Aisyah kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun. Karena kondisi
ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun
diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah
kakak-kakaknya.Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu
Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya
menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue
sebagai ‘imbalan'. Penampilan Benyamin kecil memang sudah beda, sifatnya
yang jahil namun humoris membuat Benyamin disenangi teman-temannya.
Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat
bakatnya sejak anak-anak. Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang
kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung,
pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat - menurunkan darah seni itu dan
Haji Ung (Jiung) yang juga pemain teater rakyat di zaman kolonial
Belanda. Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat
membuat orkes kaleng.Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat
alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya
dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan
‘alat musik’ itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.
Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6
tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh
saudara kandungnya, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto
Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan
(keenam), dan Saidi (ketujuh), tercatat hanya Benyamin yang memiliki
nama besar sebagai seniman Betawi.Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu
disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang
periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang
bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman
sekolahnya.SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta
lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng. Di
sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika
akan kenaikan kelas, ia mengancam, “Kalau gue kagak naik lantaran
aljabar, awas!” Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran.
Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi tidak tamat.Benyamin
mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. “Tergantung kondisi,” kata
penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah
mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang
ibunya.Ia akhirnya menjadi pedagang roti dorong. Pada 1959, ia ditawari
bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima . “Tidak ada pilihan
lain,” katanya. Pangkatnya cuma kenek, dengan trayek Lapangan Banteng -
Pasar Rumput. Itu pun tidak lama. “Habis, gaji tetap belum terima, dapat
sopir ngajarin korupsi melulu,” tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah,
ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri
mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap
basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis
PPD. Kabur, daripada diusut.Baru setelah menikah dengan Noni pada 1959
(mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga),
Benyamin kembali menekuni musik. Bersama teman-teman sekampung di
Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy. Benyamin nyanyi sambil
memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang
sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.Sebenarnya selain
menekuni dunia seni, Benyamin juga sempat menimba ilmu dan bekerja di
lahan yang ‘serius’ diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan
Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar
Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964),
bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V
Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya
(1960-1969).Dari berkesenian, hidup Benyamin (dan keluarganya) berbalik
tak lagi getir. Debutnya Si Jampang, mengalir setelah itu Kompor Mleduk
belakangan dinyanyikan ulang oleh Harapan Jaya, Begini Begitu (duet Ida
Royani), Nonton Bioskop (dibawakan Bing Slamet) dan puluhan lagu karya
Benyamin yang lain. Tidak puas dengan hanya menyanyi, Benyamin lalu main
film. Diawali Honey Money and Jakarta Fair (1970) lalu mengucur deras
puluhan film lainnya. Seniman yang suka ‘mengomel’ bila melawak ini
menjadi salah satu pemain yang namanya sering digunakan menjadi judul
film. Selain Benyamin tercatat diantaranya Bing Slamet,Ateng, dan Bagio.
Judulnya, antara lain Benyamin Biang Kerok (Nawi Ismail, 1972),
Benyamin Brengsek (Nawi Ismail, 1973), Benyamin Jatuh Cinta (Syamsul
Fuad, 1976), Benyamin Raja Lenong (Syamsul Fuad, 1975), Benyamin Si
Abunawas (Fritz Schadt, 1974), Benyamin Spion 025 (Tjut Jalil, 1974),
Traktor Benyamin (Lilik Sudjio, 1975), Jimat Benyamin (Bay Isbahi,
1973), dan Benyamin Tukang Ngibul (Nawi Ismail,1975).Dia juga main di
film seperti Ratu Amplop (Nawi Ismail, 1974), Cukong Blo'on (Hardy,
Chaidir Djafar, 1973),Tarsan Kota (Lilik Sudjio, 1974), Samson Betawi
(Nawi Ismail, 1975), Tiga Janggo (Nawi Ismail, 1976), Tarsan Pensiunan
(Lilik Sudjio, 1976), Zorro Kemayoran (Lilik Sudjoi, 1976). Sementara
Intan Berduri (Turino Djunaidi, 1972) membuat dirinya, dan Rima Melati,
meraih Piala Citra 1973.Benyamin juga membuat perusahaan sendiri bernama
Jiung Film - diantara produksinya Benyamin Koboi Ngungsi (Nawi Ismail,
1975) - bahkan menyutradarai Musuh Bebuyutan (1974) dan Hippies Lokal
(1976). Sayang, usahanya mengalami kemunduran, dan PT Jiung Film
dibekukan tahun 1979.Benyamin tidak selalu menjadi bintang utama di
setiap filmnya. Seperti layaknya semua orang, ada proses dimana Benyamin
"hanya" menjadi figuran atau paling mentok menjadi aktor pembantu.
Dalam hal ini, paling tidak ada dua nama yang patut disebut, yaitu Bing
Slamet dan Sjuman Djaya. Walau sudah merintis karir sebagai "bintang
film" lewat film perdananya, Banteng Betawi (Nawi Ismail,1971) yang
merupakan lanjutan dari Si Pitung (Nawi Ismail, 1970), tetapi kedua nama
besar itulah yang mempertajam kemampuan akting Benyamin.Dalam "berguru"
dengan Bing Slamet, Benyamin tidak saja bekerja sama dalam hal musik -
seperti dalam lagu Nonton Bioskop dan Brang Breng Brong. Tapi dalam hal
film pun dilakoninya. Terlihat dengan jelas, di film Ambisi (Nya Abbas
Acup, 1973) -sebuah "komidi musikal" yang diotaki oleh Bing Slamet -
Benyamin menjadi teman sang aktor utama, Bing Slamet menjadi penyiar
Undur-Undur Broadcasting. Di film ini, sudah terlihat gaya "asal goblek"
Benyamin yang penuh improvisasi dan memancing tawa. Di sini, dia
berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Tukang Sayur. Tetapi, sebenarnya,
setahun sebelumnya, Benyamin juga diajak ikutan main Bing Slamet Setan
Djalanan (Hasmanan, 1972). Karena itulah, saat sahabatnya itu wafat pada
17 Desember 1974, Benyamin tak dapat menahan tangisnya.Dengan Sjuman
Djaya, Benyamin diajak main Si Doel Anak Betawi (Sjuman Djaya, 1973).
Dirinya menjadi ayah si Doel, yang diperankan oleh Rano Karno kecil.
Perannya serius tapi, seperti stereotipe orang Betawi, kocak dan tetap
"asal goblek". Adegan terdasyat film ini adalah saat pertemuan antara
abang-adik yang diperankan oleh Benyamin dan Sjuman Djaya sendiri,
terlihat ketegangan dan kepiawaian akting keduanya yang mampu
mengaduk-aduk emosi penonton. Talenta itu direkam oleh ayah dari Djenar
Maesa Ayu dan Aksan Syuman, dan dua tahun kemudian Benyamin pun main
film sekuelnya, Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975). Kali ini
Benyamin menjadi bintang utamanya, dan meraih Piala Citra.Yang menarik,
lebih dari dua puluh tahun kemudian Rano Karno membuat versi
sinetronnya. Castingnya nyaris sama: Rano sebagai Si Doel, Benyamin
sebagai ayahnya - selain theme song-nya dan settingnya yang hanya diubah
sedikit saja. Lagi-lagi Benyamin menjadi aktor pendukung, tapi
kehadirannya sungguh bermakna.Sebenarnya ada satu lagi film yang dirinya
bukan aktor utama, tetapi sangat dominan bahkan namanya dijadikan
subjudul atawa tagline: Benyamin vs Drakula. Film itu adalah Drakula
Mantu, karya si Raja Komedi Nyak Abbas Akub tahun 1974. Film bergenre
komedi horor itu "memaksa" Benyamin beradu akting dengan Tan Tjeng Bok,
si aktor tiga zaman. Begitulah, meski beberapa kali pernah tidak
"menjabat" sebagai aktor utama, tetapi kehadirannya mencuri perhatian
penonton saat itu.Penyanyi BeneranTahun 1992, saat sibuk main sinetron
dan film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) Benyamin
mengutarakan keinginannya pada Harry Sabar, "Gue mau dong rekaman kayak
penyanyi beneran." Maka, bersama Harry Sabar, Keenan Nasution, Odink
Nasution, dan Aditya, jadilah band Gambang Kromong Al-Haj dengan album
Biang Kerok. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi
andalan album tersebut. Inilah band dan album terakhir Benyamin."Di lagu
itu, entah kenapa, Ben menyanyi seperti berdoa, khusuk. Coba saja
dengar Ampunan," jelas Harry, sang music director. "Mungkin sudah tahu
kalau hidupnya tinggal sebentar," imbuhnya. Memang betul, setelah album
itu keluar, Benyamin sakit keras, dan rencana promosi ditunda dan tak
pernah lagi terwujud kecuali beberapa pentas. Di album ini, Benyamin
menyanyi dengan "serius". Tetapi, lagi-lagi, seserius apa pun, tetap
saja orang-orang yang terlibat tertawa terpingkal-pingkal saat Benyamin
rekaman lagu I’m a Teacher dan Kisah Kucing Tua dengan penuh
improvisasi. Sementara lagu Dingin Dingin Dimandiin dan Biang Kerok
bernuansa cadas. Dan Ampunanmu kental dengan progressive rock,
diantaranya nuansa Watcher of the Sky dari Genesis era Peter
Gabriel.Yang menarik, masih menurut Harry, saat Benyamin menonton Earth,
Wind, and Fire di Amerika - saat menjenguk anaknya yang kuliah di sana -
dia langsung komentar, "Nyanyi yang kayak gitu, asyik kali ye?", dan
nuansa itu pun hadir di beberapa lagu di album itu, salah satunya dengan
sedikit sentuhan Lady Madonna dari The Beatles.Benyamin yang sudah tiga
kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia seusai main sepakbola
pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Ia bukan lagi
sekadar sebagai tokoh masyarakat Betawi, melainkan legenda seniman
terbesar yang pernah ada. Karena itu banyak orang merasa kehilangan saat
dirinya dipanggil Yang Maha Kuasa.Dari pelawak yang pernah tampil dalam
variety show Benjamin Show sambil tour dari kota ke kota sampai
Malaysia dan Singapura ini muncul banyak idiom atau celetukan yang
sampai kini masih melekat di telinga masyarakat, khususnya warga
Jakarta. Sebut saja, aje gile, ma'di kepe, atau ma'di rodok, yang
semuanya lahir dari lidah Benyamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar