Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942- Belanda jatuh ketika dunia memasuki Perang Dunia kedua
pada bulan Mei 1940, ketika tentara Jerman menyerbu dan melancarkan
perang kilat. Setelah bertempur selama empat hari, tentara kerajaan
Belanda menyerah pada tanggal 15 Mei. Sehari sebelumnya, ratu dan
pemerintah kerajaan Belanda telah meninggalkan negerinya untuk mengungsi
ke London. Secara tidak terduga Hindia Belanda harus berjuang
sendirian.
Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942 |
Serangan Jepang terhadap Hindia Belanda bukanlah suatu ancaman yang
tidak berdasar. Sejumlah alasan dapat menjadi faktor pendorong serbuan
itu. Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai untuk menunjang
kemajuan ekonomi dan industrinya sejak pencanangan restorasi meiji di
abad ke-19. Oleh karena itu Jepang sangat bergantung pada pasokan dari
negeri-negeri yang berlimpah sumber daya alamnya.
1. Perundingan Yang Gagal
Sebelum serbuan Jepang, pada bulan Februari 1940, duta besar Jepang di
Den Haag mengajukan sejumlah tuntutan kepada pihak Belanda. Permintaan
itu meliputi perdagangan jepang dan Hindia Belanda harus diitingkatkan.
Selain itu, Jepang menghendaki minyak mentah dan bauksit, lebih banyak
lagi warga dan perusahaan Jepang yang diperbolehkan bergerak di daerah
jajahan itu, dan pers Hindia Belanda harus dilarang untuk menerbitkan
tulisan yang bersemangatkan anti Jepang.
Pemerintah Belanda yang berada di pengungsian di London menjawab
tuntutan Jepang pada awal bulan Juni 1940. pemerintah jajahan dapat
memasok lebih banyak bauksit, walau tidak sebanyak yang diminta oleh
Jepang, tetapi tidak menjanjikan penambahan pengiriman minyak bumi,
karena pemerintah Jepang belum membuat kesepakatan dengan perusahaan
eksplorasi tambang itu sebelumnya. Tuntutan Jepang lainnya ditolak.
Namun, Jepang tidak menyerah. Perundingan itu berlangsung selama
berbulan-bulan. Hindia Belanda berada di pihak yang sangat lemah karena
negeri induk sedang dalam pendudukan musuh dan tidak ada jaminan yang
pasti dapat memberikan bantuan apabila keadaan yang tidak diharapkan
terjadi. Juga bantuan Inggris dan Amerika tidak dapat dipastikan.
Perundingan itu menimbulkan kecemasan Amerika karena apabila tuntutan
itu dipenuhi, maka kekuatan Jepang akan bertambah dan niat ekspansinya
akan semakin jelas terwujud. Namun kecemasan itu tidak terbukti karena
gubernur jendral Hindia Belanda Tjarda Van starkenborgh menolak seluruh
tuntutan Jepang tersebut. Namun Jepang menanggapi keputusan tersebut
dengan menyatakan Perang.
2. Perang Hindia Belanda dan Jepang
Sasaran utama serbuan Jepang di Hindia Belanda adalah pengeboran minyak
di Tarakan, Balikpapan, dan Palembang. Gerak maju itu dimungkinkan
setelah pertahanan Hindia Belanda di Utara pulau Sulawesi berhasil
dilumpuhkan pada tanggal 26 Desember 1941.
Penghancuran instalasi pengeboran minyak di Tarakan menjadi masalah
besar untuk Jepang. Untuk memastikan agar tindakan itu tidak terjadi
lagi, dua orang perwira Belanda dikirim ke Balikpapan dengan pesan
peringatan, bahwa seluruh prajurit dan kalangan sipil akan dibunuh jika
Jepang tidak memperoleh instalasi pertambangan di kota itu dalam keadaan
utuh.
Sasaran selanjutnya adalah Palembang, sumber minyak mentah yang
menghasilkan setengah produksi seluruh Hindia Belanda. Jepang berusaha
mencegah sabotase dengan cara melancarkan serangan mendadak pasukan
komando.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar