Jumat, 28 Juni 2013

Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942

Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942- Belanda jatuh ketika dunia memasuki Perang Dunia kedua pada bulan Mei 1940, ketika tentara Jerman menyerbu dan melancarkan perang kilat. Setelah bertempur selama empat hari, tentara kerajaan Belanda menyerah pada tanggal 15 Mei. Sehari sebelumnya, ratu dan pemerintah kerajaan Belanda telah meninggalkan negerinya untuk mengungsi ke London. Secara tidak terduga Hindia Belanda harus berjuang sendirian.
Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942
Keruntuhan Hindia Belanda 1940-1942
Serangan Jepang terhadap Hindia Belanda bukanlah suatu ancaman yang tidak berdasar. Sejumlah alasan dapat menjadi faktor pendorong serbuan itu. Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai untuk menunjang kemajuan ekonomi dan industrinya sejak pencanangan restorasi meiji di abad ke-19. Oleh karena itu Jepang sangat bergantung pada pasokan dari negeri-negeri yang berlimpah sumber daya alamnya.
1. Perundingan Yang Gagal
Sebelum serbuan Jepang, pada bulan Februari 1940, duta besar Jepang di Den Haag mengajukan sejumlah tuntutan kepada pihak Belanda. Permintaan itu meliputi perdagangan jepang dan Hindia Belanda harus diitingkatkan. Selain itu, Jepang menghendaki minyak mentah dan bauksit, lebih banyak lagi warga dan perusahaan Jepang yang diperbolehkan bergerak di daerah jajahan itu, dan pers Hindia Belanda harus dilarang untuk menerbitkan tulisan yang bersemangatkan anti Jepang.
Pemerintah Belanda yang berada di pengungsian di London menjawab tuntutan Jepang pada awal bulan Juni 1940. pemerintah jajahan dapat memasok lebih banyak bauksit, walau tidak sebanyak yang diminta oleh Jepang, tetapi tidak menjanjikan penambahan pengiriman minyak bumi, karena pemerintah Jepang belum membuat kesepakatan dengan perusahaan eksplorasi tambang itu sebelumnya. Tuntutan Jepang lainnya ditolak. Namun, Jepang tidak menyerah. Perundingan itu berlangsung selama berbulan-bulan. Hindia Belanda berada di pihak yang sangat lemah karena negeri induk sedang dalam pendudukan musuh dan tidak ada jaminan yang pasti dapat memberikan bantuan apabila keadaan yang tidak diharapkan terjadi. Juga bantuan Inggris dan Amerika tidak dapat dipastikan. Perundingan itu menimbulkan kecemasan Amerika karena apabila tuntutan itu dipenuhi, maka kekuatan Jepang akan bertambah dan niat ekspansinya akan semakin jelas terwujud. Namun kecemasan itu tidak terbukti karena gubernur jendral Hindia Belanda Tjarda Van starkenborgh menolak seluruh tuntutan Jepang tersebut. Namun Jepang menanggapi keputusan tersebut dengan menyatakan Perang.
2. Perang Hindia Belanda dan Jepang
Sasaran utama serbuan Jepang di Hindia Belanda adalah pengeboran minyak di Tarakan, Balikpapan, dan Palembang. Gerak maju itu dimungkinkan setelah pertahanan Hindia Belanda di Utara pulau Sulawesi berhasil dilumpuhkan pada tanggal 26 Desember 1941.
Penghancuran instalasi pengeboran minyak di Tarakan menjadi masalah besar untuk Jepang. Untuk memastikan agar tindakan itu tidak terjadi lagi, dua orang perwira Belanda dikirim ke Balikpapan dengan pesan peringatan, bahwa seluruh prajurit dan kalangan sipil akan dibunuh jika Jepang tidak memperoleh instalasi pertambangan di kota itu dalam keadaan utuh.
Sasaran selanjutnya adalah Palembang, sumber minyak mentah yang menghasilkan setengah produksi seluruh Hindia Belanda. Jepang berusaha mencegah sabotase dengan cara melancarkan serangan mendadak pasukan komando.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar