Mengenal Sejarah Permainan Kelereng Atau Gundu
Posted by Aris Fourtofour on Kamis, 30 Mei 2013
Mengenal Sejarah Permainan Kelereng Atau Gundu- Siapa sih yang gak kenal dengan permainan kelereng ? Buat kalian yang gak kenal atau gak pernah bermain kelereng
bisa jadi kehidupan masa kecil anda kurang bahagia. Hampir seluruh anak
di Indonesia menyukai permainan kelereng termasuk admin sendiri. Di
setiap daerah di Negeri ini kelereng memiliki nama yang berbeda-beda.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di
Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker dan masih banyak
lagi.
Pada kesempatan kali ini Kumpulan Sejarah akan berbagi pengetahuan kepada Sobat semua mengenai Sejarah Permainan Kelereng (Gundu).
Siapa sih yang menemukan Permainan Kelereng ? Apa latar belakang
munculnya Permainan Kelereng ? Semuanya akan Sobat temukan dalam artikel
ini. Berikut informasi selengkapnya.
Sejarah Kelereng
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya
bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya
dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa,
knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah ‘numpang
hidup’ di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng.
Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer
yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di
Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16
hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah
tanah liat dan diproduksi besar-besaran.
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari
batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di
London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di
Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas.
Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang
diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling
memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda
persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar
Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai
aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan
sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman.
Kelereng yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen.
Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun,
akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat
terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Manfaat yang di dapat anak dari bermain kelereng adalah :
1. Mengatur Emosi (Relaks)
Bermain kelereng sangat menyenangkan bagi anak. Kesenangan inilah yang
memunculkan unsur relaks yang membantu anak keluar sebentar dari
rutinitasnya sehari-hari untuk "me-recharge" kembali baterai energinya.
Bila energinya sudah kembali penuh, tentu baik sebagai persiapan
menghadapi hal-hal yang serius, seperti belajar.
2. Melatih Kemampuan Motorik
Kegiatan-kegiatan dalam permainan ini, seperti melempar dan menyentil
kelereng, dapat melatih keterampilan motorik halus dan kasar di usia
sekolah. Makin baik kemampuan motorik, koordinasi visual dan
konsentrasinya maka anak pun semakin mahir untuk menembakkan
kelereng-kelerengnya.
3. Melatih Kemampuan Berfikir (kognitif)
Kemampuan berpikir anak ikut dirangsang dalam permainan ini. Misalnya,
jika ia ingin memenangkan permainan maka harus memecahkan masalah dan
menggunakan strategi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
4. Kemampuan Berkompetensi
Keberhasilan anak menjalani suatu teknik yang lantas memperoleh
tanggapan dari para lawan nya merupakan hadiah tersendiri bagi anak.
Adanya perasaan bersaing di usia sekolah sangat penting untuk membentuk
perasaan harga diri.
5. Kemampuan Sosial ( Menjalin Pertemanan)
Yang paling penting dari kegiatan bermain adalah bagaimana anak mampu
menjalin pertemanan dengan kawan mainnya. Jangan lupa, hubungan
pertemanan akan memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari konteks
sosial yang lebih luas. Misal, ia jadi belajar bekerja sama, belajar
mengatasi konflik ketika terjadi pertengkaran pada saat bermain dengan
temannya, serta belajar mengomunikasikan keinginan dan pikirannya.
6. Bersikap Jujur
Anak juga punya kesempatan mengembangkan karakter dan kepribadian yang
positif ketika bermain, seperti pentingnya kejujuran dan fairness.
Kecintaannya pada nilai-nilai yang benar merupakan landasan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang.
Sekian informasi Mengenal Sejarah Permainan Kelereng Atau Gundu, semoga apa yang sudah dijelaskan diatas dapat menambah pengetahuan anda mengenai permainan kelereng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar